Kamis, Desember 27, 2007

Cerita Hidup

Kehidupan yang diberikan oleh Tuhan pada dasarnya harus kita syukuri. Kenapa demikian, karena ada beberapa aspek yang mengharuskan kita melakukan itu. Diantaranya kita diciptakan sebagai manusia, kita berikan akal, dan kita diberikan kekuatan untuk menjalninya.
Segelintir dari kita ada yang hanya diberikan kenikmatan dalam bentuk nyawa, tapi tidak diciptakan sebagai manusia, ada juga yang diberikan semuanya tetapi tidak diberikan akal, dan kadang ada yang hanya diciptakan tapi tidak diberi kekuatan untuk menjalaninya.
Tetapi, patutkah kita bersyukur dengan beratnya hidup yang kita jalani? Patutkah kita bersyukur tatkala semakin hari kita hidup kita semakin dihadapkan pada berbagai masalah? Pada berbagai pilihan-pilihan sulit dan kita harus memilihnya? Patutkah kita bersyukur, karena nafas yang diberikan Tuhan sampai saat ini justru membuat kita hidup dalam kebimbangan?
Sebagian dari kita, bahkan kebanyakan menganggap hidup itu sebagai ujian. Agamapun yang kita yakini sebagai penuntun hidup, yang menjadi navigator kita selama menjalani umur yang diberikan oleh Tuhan juga mengisyaratkan hal serupa. Tat kala hidup sifatnya sebagai ujian, ketika kita lulus dari ujian yang satu maka kita akan memasiki level selanjutnya. Tentu saja bagi sang pejuang yang suka tantangan akan mengambil level yang lebih tinggi. Sehingga kemahiran, kecekatan dan kemampuan akan lebih teruji. Dan Tuhan ternyata menciptakan manusia memang sebagai pejuang yang diberikan berbagai ujian yang berlevel-level sesuai dengan kemampuan. Betapa adilnya Tuhan.
Ketika hal itu terjadi pada manusia, maka selayaknyalah kita juga bersyukur dengan apa yang diberikan Tuhan. Walaupun dalam bentuk cobaan. Ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Kenapa demikian? Kenapa kita harus bersyukur? Jawabannya adalah karena kita telah terpilih menjadi pejuang, diri kita sudah terpilih jadi petarung. Bukan sembarangan yang memilih, tetapi yang memilih kita adalah Tuhan.
Mungkin selama proses penciptaan, kita sudah menyingkirkan berbagai lawan untuk menjadi pertarung hidup di dunia. Dan selama pertarungan itu kitalah pemenangnya, dan lawan kita yang jumlahnya jutaan itu tereliminasi. Bisa jadi karena kontrak yang kita tawarkan itu menggiurkan di mata Tuhan, mungkin kita punya sisi lebih sehingga kitalah yang dipilih, atau bisa jadi ada banyak kemungkinan sehingga kitalah yang terpilih menjadi petarung.
Setelah diumumkan sebagai pemenang kitapun dikarantina selama sembilan bulan untuk dilatih oleh pelatih-pelatih professional. Selama proses latihan itu kita dibekali berbagai senjata untuk menjalani perjuangan setelah kita diturunkan di medan pertempuran yang berlevel-level. Masa latiham umumnya 9 bulan 10 hari, tetapi ada yang kurang dan ada juga yang lebih. Bagi yang duluan bisa jadi kerana dia menganggap bahwa bekal yang dibawanya sudah cukup dan sudah tidak sabar untuk bertarung. Kadang setelah keluar mereka shock dengan keadaan yang ada dan harus menjalani kembali proses karantina di medan permainan dengan masuk ke dalam tabung atau kotak yang suasananya mirip dengan suasana karantina dulu. Alasannya sederhana, hanya untuk adaptasi. Bagi yang kelebihan waktu dimasa karantina juga kadang harus dikeluarkan secara paksa dari proses karantina. Bisa jadi karena pejuang itu terlalu fobia menghadapi medan permainan yang sebenarnya dia belum pernah rasakan sebelumnya. Kadang untuk pejuang seperti ini juga dilakukan adaptasi dengan cara yang hampir sama pada pejuang yang kurang bulan tadi. Tujuannya pun untuk proses adaptasi.
Tetapi, dalam prosudural permainan yang dijalani kita tidak boleh lupa. Sebelum kita terjun ke medan permainan dan menjadi pejuang, kita telah teken kontrak dengan sang pembauat permainan. Banyak poin-poin yang kita tandatangani. Salah satu diantaranya adalah kalau kita tidak mampu melanjutkan permainan ini kita siap game over di level manapun. Kita setuju dengan kontrak itu.
Tangisan saat kelahiran bak tanda rasa senang kita karena telah terpilih jadi pejuang. Selamat bagi anda semua yang telah terpilih jadi pejuang. Permainan terus berjalan, apakah kita akan dieliminasi diawal-awal permainan? Ataukah kita bisa menyelesaikan permainan ini dengan memperoleh bonus stage dikemudian hari? Silahkan masing-masing dari kita memutar kepala, membuat strategi, dan perlu diingat protab untuk permainan ini sudah ada. Jadi percuma strategi yang dibuat kalau tidak sesuai dengan protab. Yang memiliki lisensi untuk mengeluarkan protab adalah navigator kita yaitu agama.
Apakah kita akan memilih navigator yang salah sehingga memberikan kepada kita protab yang salah? Sehingga strategi yang kita buat tidak berarti apa-apa karena protab kita salah? Di negara kita telah ada 5 navigator yang diakui pemerintah. Jawabannya adalah mari kita mencari.. Selamat mencari semoga kita temukan navigator kita.
Jadi setelah ini, patutkah kita mencaci dengan apa yang di berikan oleh Tuhan? Baik itu berupa nikmat ataukah cobaan. Nikmat tak anyal hanyalah sebagai bonus stage dalam permainan. Menurut permisalan diatas, ternyata semakin sulit hidup orang didunia maka semakin matang proses karantina yang dia jalani dulunya. Sehingga dia bisa masuk ke level-level permainan yang lebih tinggi dan tidak bisa dimasuki oleh kebanyakan orang. Patutkan kita menggerutu bahkan mencaci Tuhan, sementara kita sudah dijadikan orang pilihan? Dijadikan petarung yang diberikan kesempatan untuk melanjutkan permainan? Diberi kesempatan untuk memilih navigator dan protab yang tepat dalam menjalani semuanya? Pilihan itu dikembalikan kepada kita. Siapa yang mau mengambil pilihan itu silahkan. Bagi yang tidakpun silahkan.
Selayaknya sebuah permainan (game) jumlah poin akan dihitung setelah menyelesaikan permainan. Game Mariobros misalnya, ketika kita salah jalan maka kita tidak akan menemukan finish. Disinilah peran sang navigator dan protabnya untuk kita menyelesaikan permainan ini. Kapan ini akan berakhir? Hanya sang pembuat permainan yang tau.




1 komentar:

Ivana mengatakan...

Yup..
aku setuju banget soal prinsip bersyukur yang kamu tulis.keepin writing,ya?

warmest regards,

Ivana